Assalamu'alaikum Wr.Wb
Pada postingan kali ini, saya akan membahas tentang rangkuman kesimpulan pembelajaran dari materi yang selama ini telah saya pelajari selama mengikuti Program Guru Penggerak. Tulisan ini merupakan tugas dari modul 3.1.a.9 Koneksi Antar Materi.
Saya, Erawati, Calon Guru Penggerak Angkatan 4 dari Kabupaten indramayu. Saya mengajar di SMA Negeri 1 Krangkeng, mata pelajaran bahasa Jepang.
Pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Patrap Triloka yaitu Ing Ngarsa Sung tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Ketiga semboyan ciptaan Ki Hajar Dewantara ini masih kontekstual dan relate dengan keadaan sekarang, meskipun arus perkembangan teknologi dan informasi semakin maju. Di masa sekarang ini, seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran dituntut untuk dapat menyajikan pembelajaran yang berkualitas dengan memanfaatkan seluruh sarana dan prasarana yang tersedia. Guru bukan lagi menjadi satu-satunya sumber informasi yang selalu tahu, tetapi guru harus dapat membuka diri untuk berkolaborasi serta menjadi fasilitator bagi murid untuk belajar dan memfilter arus informasi yang tepat untuk pembelajarannya di sekolah. Berkaitan dengan hal tersebut, maka guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu mengambil keputusan dengan mengacu pada filosofi Patrap Triloka tersebut yaitu dapat memberi tauladan, memberi motivasi, dan memberi dukungan bagi murid-muridnya untuk dapat mengembangkan potensi berdasarkan koidratnya masing-masing.
Pengambilan keputusan yang tepat tidak selalu serta merta menggunakan nilai benar atau salah, tetapi perlu pula memiliki pertimbangan moral yang didasari oleh nilai-nilai kebaikan yang kita miliki, maupun nilai-nilai kebaikan yang berlaku di masyarakat.
Dalam pengambilan keputusan seorang guru harus memilki kemampuan coaching (pembimbingan). Salah satu model coaching yang mudah untuk dipahami dan dijalankan adalah coaching model TIRTA yaitu salah satu model coaching yang dikembangkan untuk dapat membantu seorang guru atau coach dalam menuntun murid menemukan potensi yang dimilikinya dengan memanfaat komunikasi positif melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif yang dapat membuat murid melakukan metakognisi. Selain itu, pertanyaan-pertanyaan dalam proses coaching juga membuat murid lebih berpikir secara kritis dan mendalam, yang akhirnya, murid dapat menemukan potensi dan mengembangkannya. Coaching model TIRTA itu sendiri adalah Tujuan, Identifikasi Masalah, Rencana Aksi dan TAnggung jawab. guru agar mampu mengembangkan coaching model ini tentunya memiliki kemampuan komunikasi efektif sehingga mampu mengembangkan pertanyaan-pertanyaan terbuka yang mampu menuntun murid dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya. melalui coaching pengambilan keputusan yang telah diambil dapat direfleksikan kembali sehingga menjadi keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan karena setiap keputusan yang diambil sebagai pemimpin pembelajaran akan sangat berpengaruh terhadap masa depan murid kita.
Aspek sosial emosional, disadari atau tidak, akan berperan besar dalam proses pengambilan keputusan. Karena seorang guru harus mampu mengendalikan sosial emosionalnya untuk dapat menghasilkan keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan. Keadaan atau suasana hati pada saat pengambilan keputusan sedikit banyak dapat mempengaruhi kejernihan dalam berpikir dan bertindak secara bijaksana. Misalnya, pada saat marah atau kesal tentu keputusan yang kita ambil mungkin saja kita buat secara terburu-buru atau tidak berpikir panjang. Maka kemampuan dan pengendalian diri haruslah dimiliki oleh guru.
Pengambilan keputusan yang tepat tentu akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Meskipun demikian, banyak hambatan yang akan ditemui oleh pendidik pada saat pengambilan keputusan, terutama bila dihadapkan pada dilema etika. Dilema etika dimana pihak-pihak yang terkait sama-sama benar, maka pengambilan keputusan harus ditelaah berdasarkan mana yang paling berdampak terhadap peningkatan kualitas pembelajaran murid atau yang paling sedikit impact kerugian yang dihadapi. Di samping itu pengambilan keputusan juga dapat menuntun murid mencapai kemerdekaan belajar murid dalam pembelajaran di sekolah. Terkadang pengambilan keputusan tidak hanya mempertimbangkan aspek kebenaran tetapi juga harus mempertimbangkan dampaknya terhadap masa depan murid kelak. Bagaimanapun kita berprinsip pada rasa peduli dan pertimbangan bahwa keputusan yang kita ambil saat ini mungkin akan dapat merubah kehidupan murid di masa depan.
Bila dilihat secara keseluruhan, maka materi dalam modul CGP ini berkaitan dan relate satu sama lain, yang bersumber kepada filosofi Ki Hajar Dewantara. Seorang guru haruslah memiliki kemampuan pembelajaran diferensiasi, pengendalian sosial emosional, coaching dan juga dapat mengambil keputusan secara bertanggung jawab sebagai pemimpin pembelajaran dengan mempertimbangkan segala aspek.
Demikian, pemaparan tentang kesimpulan pembelajaran. Semoga kita sebagai guru mampu mengoptimalkan setiap potensi yang dimiliki oleh murid-murid kita dengan berbekal materi yang kita dapatkan dalam Program Pendidikan Guru Penggerak.
Salam semangat, guru-guru hebat Indonesia!
Wassalamu'alaikum Wr.Wb
Dari pengalaman saya di sekolah, pengambilan keputusan terutama yang mengandung dilema etika seringkali juga bersinggungan dengan etika moral, inilah yang sering menjadi kendala dalam membuat keputusan yang tepat.
BalasHapusUntuk memastikan keputusan yang kita ambil sudah benar atau tidak maka kita perlu melakukan 9 langkah pengujian keputusan
BalasHapus